Hanung Prabowo “Pahlawan Dalam Bingkai Alegori Waktu”

Juara 2 Lomba Puisi Pahlawan Nasional 2019

“Pahlawan Dalam Bingkai Alegori Waktu”

Sebuah catatan lama terendap dalam sembunyi

Antara masa lampau yang terbagi dalam maktuban cerita

Dan masa kini yang mengapung ternganga-nganga

Patung-patung berderet rapi bersama pose kepal tangan,

Angkat senjata dan penghormatan tangan dengan jemari menempel ke pelipis dekat dahi

Pahlawan yang terlupa, berlumut di tengah-tengah kota

Meratapi tubuhnya yang disinggahi lalat-lalat busuk dan kamera telepon genggam penangkap momen

Pahlawanku mati berkali-kali bersama waktu yang ditumbuhi manusia-manusia baru

Merah-putih berkibar ketika tanggal-tanggal merah dalam kalender memperingati hari Nasional

Namun, bendera telah usang di celupi airmata Pahlawan

Telah redup merahnya karena darah telah beku dan kaku

Telah kumal putihnya karena tulang telah retak dan keropos

Perayaan demi perayaan menjadi asing bagi noktah sejarah untuk mereka yang terlupa

Siapa lagi yang kan mengingat mereka; Soekarno, Hatta, Syahrir dan rentetan nama-nama

Selain aktivis dan mahasiswa yang masih membuka sejarah dan tulisan-tulisan lama

Selain puisi dan cerpen yang yang masih mengangkat api juang mereka

Sebagai tonggak sejarah bangsa, sebagai pelopor Negara ini ada

Diam-diam tahun menutup mata mengingat Negara Indonesia

Menutup telinga mendengar khotbah, deklamasi dan orasi pejuang bangsa

Kini, daftar menu buku dalam kamarmu dan perpustakaan adalah

Celotehan-celotehan tentang cinta, mantra-mantra mendapatkan wanita dan adu saing menjadi yang paling kaya

Inilah napas bangsa, masyarakat dan pemuda-pemudanya

Tua dan muda berpadu saling tindihmenindih, merebut kekuasaan dan menikam yang lemah dengan terang-terangan

Langkah kaki Indonesia tidak lagi selebar dulu, tak lagi sebagai raksasa dunia

Langkah kaki Indonesia kecil dan cacat, dan terlalu banyak istirahat

Pemuda bukan lagi pahlawan-pahlawan harapan bunga bangsa

Pertiwi menangis di kaki bianglala

Suara-suara terbungkam sampai di ujung lidah

Tak lagi keluar dari lisan, terbalut urakan di atas layar genggaman

Kematian Pahlawan masa kini, bukan lagi dikubur hidup-hidup dan masih teriak Merdeka!

Namun, teriakannya disertai senjata cuitan dari media massa

Merendahkan dan menipu manusia-manusia sesame

Tak ada lagi Pahlawan, ketika kau lihat bendera setengah tiang, bangsa akan menangis

Ketika kau melihat bendera menjulang berkibar kau tertawa terpingkal-pingkal.

Pahlawan terlah sirna, pahlawan sebatas nama

                                                                                                                                  Manado, 22 November 2019

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *